KONSEP KETUHANAN DAN KEIMANAN
DALAM ISLAM
Mempelajari dan memahami ke-Esa-an Allah dan
kesempurnaanNya merupakan landasan utama dalam melaksanakan ajaran Islam secara
utuh dan akan meningkatkan keyakinan bahwa Allah adalah dzat yang menciptakan
alam semesta.
Beragam aliran keTuhanan dalam falsafah, diantaranya:
1. Paham Anti Tuhan
(Atheism) yang beranggapan bahwa Tuhan hanyalah imaginasi manusia.
2. Doktrin Tauhid
(Monotheism)
3. Syirik, mensekutukan
Tuhan
4. Kesatuan Wujud
(Panentheism)
Dari beberapa aliran tersebut hanya ada satu kebenaran yang
harus diyakini, karena masing-masing dari setiap aliran mempunyai ajaran dan
keyakinan yang berbeda dan bertentangan sehingga tidak mungkin sesuatu yang
bertentangan dianggap sama-sama benar.
Konsep keTuhanan dalam ajaran Islam adalah doktrin tauhid
dengan berbagai penjelasan. Singkatnya, Tuhan itu ada, hanya satu, maha
sempurna, tidak beranak dan tidak dianakkan, bukan alam, bukan makhluk dan
tidak ada yang menyerupai.
Iman Terhadap Tuhan.
Iman artinya percaya. Percaya terhadap wujudnya Tuhan
merupakan salah satu percaya terhadap sesuatu yang tidak nyata (ghaib). Karena
Tuhan tidak nampak dan tidak dapat dilihat dengan mata kepala. Meskipun
demikian tidak berarti Tuhan tidak ada. Banyak perkara di dunia ini yang tidak
kasat mata namun diyakini keberadaannya.
Yang pasti Tuhan itu ada, yang mengatur kehidupan alam,
menumbuhkan segala jenis tumbuhan, mengatur siang dan malam, menentukan kadar
rizqi bagi hambanya. Semua itu tidak berjalan dengan sendirinya, tidak
merupakan hukum alam seperti yang dianut oleh paham atheism.
تولج الليل
فى النهار وتولج النهار فى اليل وتخرج
الحي من الميت وتخرج الميت من الحي وترزق من تشاء بغير حساب .
Engkau masukkan malam kedalam siang dan engkau
masukkan siang kedalam malam, engkau keluarkan yang hidup dari yang mati. Dan
engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan engkau beri rizqi siapa yang
engkau kehendaki tanpa hisab (batas) (QS
Ali ‘Imran 27)
الذي جعل لكم
الارض فرشا والسمآء بناء وانرل من السماء ماء فاخرج به من الثمرات رزقالكم
فلاتجعلوا لله انداداوانتم تعلمون
Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan
bagimu dan langit sebagai atap, dan dia menurunkan air (hujan) dari langit,
lalu dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rizqi untuk
mu, karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah. Padahal kamu
menngetahui. (QS Albaqoroh 22)
Dalam ajaran Islam Tuhan adalah dzat yang maha sempurna,
hanya satu, wujud tanpa permulaan, kekal tanpa batas akhir, tidak beranak dan
tidak dianakkan, tidak ada yang membandingi dan menyamai, tidak membutuhkan
pembantu. Doktrin ini bertentangan dengan ajaran syirik yang mensekutukan
Tuhan. Menganggap Tuhan itu lebih dari satu.
يااهل
لكتب لاتغلوا فى دينكم ولاتقول على الله
الا الحق انما المسيح عيسى ابن مريم رسول الله وكلمته القهاالى مريم وروح منه
فامنوا بالله ورسوله ولاتقولوا ثلاث انتهوا خيرالكم انما الله اله واحد سبحانه ان
يكون له ولدله مافى السموات وما فى الارض وكفى بالله وكيلا.
Wahai ahli kita. Janganlah kamu melampaui batas
dalam agamamu. Dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar.
Sesungguhnya al masih, isa putra maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang
diciptakan dengan kalimatnya) yang disampaikannya kepada maryam, dan (dengan
tiupan roh darinya) maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasulnya dan
jannganlah kamu mengatakan: (Tuhan itu tiga “. Berhentilah (dari ucapan itu).
(itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan yang maha esa, maha suci Allah
dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaannya.
Cukuplah Allah sebagai pemelihara. (QS
Annisa’ 171)
قل هو الله
احد الله الصمد لم يلد ولم يولد ولم يكن له كفوا احد
Katakanlah: “dialah Allah, yang maha esa. Allah
adalah Tuhan yangn bergantung kepadaNya segala saesuatu. Dia tiada beranak dan
tiada pula diperanakkan. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan dia “. (QS Al Ikhlash)
Jika Tuhan lebih dari satu maka yang terjadi adalah
kerusakan karena sangat mungkin akan terjadi perselisihan dari dua kekuatan
yang dimiliki Tuhan. Jika dimenangkan oleh salah satunya, maka bagaimana dengan
yang kalah, pantaskah dianggap sebagai Tuhan. Apabila selamanya Tuhan tidak
terjadi perselisihan, berarti keduanya saling melengkapi dan saling membantu,
dimana sifat kekuasaan Tuhan.
لوكان فيهما
الهة الا الله لفسدتا فسبحن الله رب العرش عما يصفون
Sekiranya ada dilangit dan dibumi Tuhan-Tuhan
selain Allah, tentunya keduanya itu telah rusak binasa. Maka maha suci Allah
yang mempunyai ‘arsy dari pada apa yang mereka sifatkan. (QS Al-Anbiya’ 22)
Tuhan bukan alam dan alam bukan Tuhan. Namun alam adalah
ciptaan Tuhan. Segala sesuatu dan yang terjadi dimuka bumi ini tidak lepas dari
peran, kekuasaan dan kehendak Tuhan. Tidak berarti segala sesuatu yang ada
dimuka bumi ini adalah Tuhan seperti ajaran yang disampaikan paham kesatuan
wujud (panentheism).
Kitab Allah
Adalah kalam Allah yang qadim (dahulu) yang dibawa oleh
seorang utusan Tuhan (rasul) yang memuat petunjuk kehidupan, yang mengantarkan
kearah kebenaran.
Muatan yang terkandung dalam kitab Allah adalah sebuah
ajaran yang mutlak kebenarannya. Karena kitab Allah adalah kalam Allah. Allah
yang membuat kehidupan dan Allah yang membuat aturan. Kesalahan dan ketidak
cocokan dalam kehidupan itu karena keragaman dan kesalahan orang dalam
mengartikan dan memahami.
Al-Qur’an adalah kitab Allah yang menyempurnakan ajaran
yang disampaikan oleh kitab Allah sebelumnya dan dibawa oleh nabi akhir zaman.
Sehingga al-Qur’an adalah satu-satunya pedoman hidup sampai akhir kehidupan
nanti.
Keabsahan dan keaslian al-Qur’an telah terbukti dan dijamin
oleh Allah.
انا نحن نزلنا الذكر وانا له لحافظون
Salah satu bukti keabsahan al-Qur’an sebagai kalam Allah
adalah al-Quran merupakan salah satu mu’jizat nabi Muhammad yang mengalahkan
semua sastrawan saat itu. Sehingga para sastrawan saat itu mengakui bahwa
al-Qur’an bukanlah buatan manusia.
Rasul (Utusan) Allah
Adalah seorang pilihan Allah yang diberi wahyu untuk
dirinya dan disampaikan pada ummatnya.
Bisa saja setiap orang mengaku dirinya sebagai utusan
Tuhan, karena wahyu yang diterima dari Tuhan tidak ada seorangpun yang tahu.
Namun untuk menghindari hal tersebut terjadi dan untuk membuktikan bahwa
seseorang benar-benar utusan Tuhan, maka Tuhan memberikan kemampuan kepada utusannya
yang tidak dimiliki oleh siapapun (mu’jizat).
Dengan mu’jizat yang dimiliki seseorang membuktikan bahwa
dirinya adalah utusan Tuhan, sehingga ajaran yang dibawa adalah ajaran dari
Tuhan yang harus diyakini kebenarannya dan harus diikuti.
Nabi Muhammad adalah utusan Tuhan yang terakhkir, menerima
kalam Allah berupa al-Qur’an, yang membawa agama Islam, yang menyempurnakan
agama-agama sebelumnya. Beliau membawa ajaran yang harus diikuti semua umat
manusia. Diantara ajaran beliau adalah enam keyakinan yang harus dipercaya dan
diyakini (Rukun Iman)
Rukun Iman Dan Implementasinya Dalam Kehidupan
Rukun Iman maksudnya kepercayaan yang merupakan bagian
paling pokok daripada agama itu sendiri atau kepercayaan sebagai institusi.
Rukun Iman ini ada enam:
1.
Iman kepada wujudnya Allah dengan sifat-sifat kesempurnaannya,
sebagai dzat yang menciptakan alam semesta.
2.
Iman kepada Malaikat Allah yang tidak terhitung jumlah
keseluruhannya, namun ada sepuluh yang harus diketahui.
3.
Iman kepada kitab-kitab Allah yang diturunkan kepada para nabi
utusannya (Zabur pada Nabi Dawud AS, Taurat pada Nabi Musa AS, Injil pada Nabi
‘Isa AS. dan Al-Qur’an pada nabi Muhammad SAW)
4.
Iman kepada Nabi utusan Allah. Dua puluh lima diantaranya harus kita ketahui namanya.
5.
Iman kepada hari qiamat, hari dimana semua orang diminta
pertanggungjawaban atas segala perbuatannya
6.
Iman kepada ketentuan dan kehendak Allah.
قال فاخبرني
عن الايمان, قال ان تؤمن بالله وملائكته وكتبه ورسله واليوم الاخر وتؤمن بالقدر
خيره وشره . قال صدقت.
HR. Imam Muslim
Seseorang yang percaya dan meyakini enam ketentuan tersebut
disebut seorang mu’min. Seorang mu’min sejati akan tertanam dalam dirinya sifat
sabar dan lapang dada dengan kehidupan yang ia hadapi serta rendah diri,
mengingat segala sesuatu yang terjadi adalah atas kehendak dan ketentuan Allah.
Iman akan melahirkan sikap berserah diri kepada Allah,
ikhlas dan konskuen
قل ان صلاتي
ونسكي ومحياي ومماتي لله رب العالمين, لاشريك له وبذالك امرت وانا اول المسلمين
Katakanlah: “sesungguhnya sholatku, ‘ibadahku,
hidupku dan matiku hanya untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu baginya:
dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang
pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)” (QS
Al An’am 162, 163)
Imam juga akan menghilangkan kepercayaan kepada kekuasaan
dan kekuatan benda, menumbuhkan rasa optimis hanya dengan mengharap yang
terbaik kepada Allah, karena semua yang ada adalah makhluk dan ciptaanNya.
عن ابى
العباس عبدالله بن عباس رضي الله عنهما قال: كنت خلف النبي صلى الله عليه واله
وسلم يوما فقال: ياغلام اني اعلمك كلمات: احفظ الله تجده تجاهك اذا سئلت فاسئل
الله, واذااستعنت فاستعن بالله, واعلم ان الامة لواجتمعت على ان ينفعوك بشئ لم
ينفعوك الا بشئ قد كتبه الله لك.وان اجتمعوا على ان يضروك بشئ لم يضروك الا بشئ قد
كتبه الله عليك رفعت الاقلام وجفت الصحف. رواه الترمذي.
Dari Abil Abbas Abdullah Bin Abbas -Radlia
Allahu anhuma- bersabda. Suatu hari saya berada di belakang (bersama)
Rasulullah. Beliau bersabda. Wahai anak muda akan saya ajarkan beberapa kalimat
pAdamu. Jagalah Allah maka niscaya Allah akan selalu mengawasimu. Ketika engkau
meminta, mintalah kepada Allah. Ketika engkau minta tolong, mintalah tolong
kepada Allah. Ketahuilah sesungguhnya seandainya semua umat kumpul untuk
memberi manfaat sesuatu kepAdamu maka tidak akan bisa memberi manfaat kecuali
di dalam sesuatu yang telah Allah tentukan. Dan sesungguhnya seandainya semua
umat kumpul untuk memberi madlarat sesuatu kepAdamu maka tidak akan bisa memberi
madlarat kecuali di dalam sesuatu yang telah Allah tentukan. Telah diangkat
pena dan telah kering lampiran. HR.
Imam Attirmidzi.
اياك نعبد
واياك نستعين
Hanya kepada engkaulah kami menyembah dan hanya
kepada engkaulah kami memohon pertolongan (QS
Al-Fatihah 6).
Iman bisa memberikan ketentraman jiwa
الذين امنوا
وتطمئن قلوبهم بذكرالله, الا بذكرالله تطمئن القلوب
(yaitu)
orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat
Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tentram. (QS Ar Ra’d 28)
Konskuensi iman kepada utusan dan kitab Allah berarti taat,
mengikuti petunjuk dan ajaran yang disampaikan olehNya serta menjadikan kitab
Allah sebagai pedoman dalam kehidupan sehari-hari.
Iman pada hari qiamat menumbuhkan jiwa semangat dalam
menjalankan perintah dan menjahui larangan. Karena pada hari itu semua orang
akan dimintai pertanggungjawaban atas segala perbuatannya. Sehingga sebesar apa
rasa percaya itu tumbuh dalam hati, sebesar itu juga semangat motifasi untuk
bertaqwa.
ثم انكم يوم
القيامة تبعثون
Kemudian, sesungguhnya kamu sekalian akan
dibangkitkan (dari kuburmu) di hari Qiamat (untuk diminta pertanggungjawaban)
(QS. Al Mu’minun 16)
HAKIKAT MANUSIA
Usaha untuk memahami jati diri manusia selalu
menemukan jalan buntu atau akan menemukan banyak perbedaan pendapat jika hanya
mengandalkan kemampuan daya nalar. Mengingat keterbatasan kemampuan manusia
dari segi apapun. Oleh karena itu dibutuhkan petunjuk yang bisa dipastikan
kebenarannya. Kitab Allah, Al-Qur'an adalah solusi tepat. Karena Al-Quran
adalah petunjuk yang diberikan oleh Allah, dzat yang maha tahu segalanya dan
dzat yang menciptakan manusia itu sendiri. Dalam Al Qur'an terdapat gambaran
konkret tentang manusia.
Manusia Dalam Berbagai Perspektif
Bermacam istilah yang dipakai dalam Al-Qur'an
untuk menunjukkan manusia, karena menyesuaikan berbagai aspek kehidupan,
diantaranya:
1. Manusia disebut sebagai Bani Adam karena
melihat dari aspek histories penciptaan. (QS. Al A'raf 31) Hai anak Adam,
pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah,
dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berlebih-lebihan.
2. Manusia disebut Annas karena aspek
sosiologisnya yang mencerminkan sifatnya yang berkelompok sesama jenisnya (QS.
Al Baqoroh 21) Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakanmu dan
orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa.
3. Manusia juga disebut Abdun (hamba) karena
posisinya sebagai hamba ciptaan Allah (QS. Saba '
9) Maka apakah mereka tidak melihat langit dan bumi yang ada di hadapan dan di
belakang mereka? Jika Kami menghendaki, niscaya Kami benamkan mereka di bumi
atau Kami jatuhkan kepada mereka gumpalan dari langit. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Tuhan) bagi setiap hamba
yang kembali (kepada-Nya).
4. Manusia disebut dengan Basyar yang
mencerminkan sifat-sifat fisik dan biologisnya (QS. Al Mu'minun 33) Dan
berkatalah pemuka-pemuka yang kafir di antara kaumnya dan yang mendustakan akan
menemui hari akhirat (kelak) dan yang telah Kami mewahkan mereka dalam
kehidupan di dunia: "(Orang) ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu,
dia makan dari apa yang kamu makan, dan meminum dari apa yang kamu minum.
5. Manusia disebut Insan (mufrod-nya lafadl
an nas) karena sebagai makhluq yang diberi anugrah akal oleh Allah, sehingga
mampu menyerap ilmu pengetahuan. (QS. Ar Rahman 3-4) Dia menciptakan manusia,
Mengajarnya pandai berbicara.
Kesempurnaan Manusia
Dalam ayat lain Allah sampaikan bahwa Allah
jadikan manusia dalam bentuk yang paling sempurna.
لقد خلقنا الانسان فى احسن تقويم ثم رددناه اسفل سافلين, الا الذين امنوا وعملوا الصالحات فلهم اجر غير ممنون
Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia
dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian kami kembalikan dia ketempat yang
serendah-rendahnya (neraka). Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan
amal sholeh, maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya (QS At Tin)
Kesempurnaan inilah yang menjadikan manusia
sebagai khalifah, yang berarti wakil atau pengganti yang memegang amanat Allah
dimuka bumi (memimpin) untuk menciptakan maslahah dalam setiap kehidupan di
bumi. Dan sekaligus kesempurnaan tersebut juga akan menjadikan manusia makhluk
paling hina apabila tidak dapat menjalankan amanat dengan sebenarnya.
Dari historis penciptaan manusia dan posisi
manusia yang dipilih oleh allah menjadi kholifah untuk mengatur kehidupan
dibumi adalah bukti kesempurnaan manusia daripada makhluk yang lain. Allah
memberikan modal kapada manusia dengan kesempurnaan dalam penciptaan, utamanya
adalah akal. Kesempurnaan ini akan mengantarkan manusia menuju kedudukan
terpuji atau bahkan akan menjatuhkannya kepada posisi yang terhina dan
terendah.
Menjadi kholifah allah tidaklah sekedar
setatus yang tanpa arti. Namun banyak konskuwensi yang harus
dipertanggungjawabkan. Sehingga ketika dipertanyakan oleh para malaikat
keberadaan nabi adam sebagai kholifah dibumi, Allah jawab bahwa allah telah
membekali ilmu kepada nabi adam.
Kepercayaan dan tanggungjawab sebagai
kholifah yang dibawa oleh nabi adam adalah setatus beliau sebagai manusia dan
sekaligus sebagai nabi. Setatus nabi adam sebagai manusia diturunkan kepada
semua anak cucunya, sehingga semua manusia anak cucu adam adalah kholifah
allah, pemimpin dalam kehidupan dimuka bumi. "Kullukum ro'in wakullukum
masulun 'an roiyyatih"
Untuk setatus nabi adalah anugrah Allah yang
tidak bisa diturunkan dan diusahakan, maka beban seorang nabi tidak dibebankan
kepada semua orang, hanya orang-orang tertentu yang diangkat Allah menjadi nabi
saja.
Yang paling utama dalam bahasan kita disini
adalah bekal yang allah berikan kepada nabi adam, yaitu ilmu yang menjawab
pertanyaan malaikat atas eksistensi nabi adam sebagai kholifah dibumi.
Dengan demikian, ilmu adalah bekal utama
sebagai kholifah atau pemimpin. Bagaimana seseorang akan bisa memimpin dan
mengarahkan jika tidak punya pengetahuan atau ilmu.
Tanggungjawab Manusia
كلكم راع وكلكم مسئول عن رعيته
Kamu semua adalah pemimpin dan setiap pemimpin
akan ditanya tentang kepemimpinannya.
Ketika semua dianggap sebagai pemimpin,
kemudian siapa yang dipimpin?
Dari lingkup yang terkecil, manusia adalah
pemimpin untuk dirinya sendiri. Dari kecenderungan watak baik dan buruk yang
sama-sama punya kesempatan, manusia akan memilih apa yang baik untuk dirinya
sesuai dengan ilmu dan akal yang dimiliki.
Dalam kehidupan keluarga, tidak mungkin semua
anggota keluarga jadi pemimpin atas keluarganya, namun satu diantara mereka
yang bisa jadi pemimpin. Kepemimpinan dalam keluarga tidak dengan jalan
pemilihan, namun allah telah pilihkan bahwa suami atau bapaklah yang terbaik.
Jadi, kepemimpinan dalam dua hal ini adalah
ketentuan hukum Allah dalam kehidupan. Manusia setelah hidup tidak bisa
mengelak menjadi pemimpin atas dirinya sendiri. Dan manusia setelah menikah
juga tidak punya pilihan antara ingin menjadi suami atau menjadi istri. Seperti
halnya seseorang yang punya anak tidak akan bisa mengelak dari setatusnya
menjadi bapak.
Baik yang memimpin atau yang dipimpin
(kehidupan berkeluarga atau diri sendiri) adalah salah satu proses kehidupan
yang harus dihadapi dan sudah menjadi ketentuan dari Allah. Sehingga hakikat
baik buruknya manusia disisi allah tidaklah diukur dari kedudukan sebagai
pemimpin atau yang dipimpin. Namun bagaimana orang bisa memimpin dengan baik
dan dipimpin dengan baik. Istri yang bisa memposisikan dirinya dengan baik itu
lebih baik daripada suami yang tidak tanggungjawab. Sehingga belum tentu
pemimpin lebih baik dari pada yang dipimpin. Dan itulah bagian dari penilaian
baik buruknya iman dan islam seseorang.
Untuk menjadi pemimpin yang baik, orang harus
tahu tentang kepemimpinan, dan untuk menjadi orang yang dipimpin dengan baik
juga harus tahu ilmunya sebagai orang yang dipimpin. Disitulah kehidupan ini
tidak lepas dari belajar untuk mendapatkan ilmu agar bisa memimpin dan dipimpin
dengan baik. Bukankah beliau nabi juga belajar kepada malaikat jibril.
Dalam kehidupan yang lebih luas
(bermasyarakat), dibutuhkan juga seorang pemimpin. Karena dalam beberapa hukum
islam terdapat penyelesaian hukum yang membutuhkan pimpinan, seperti
diantaranya hukum jinayat atau tindakan kriminal. Untuk kepemimpinan yang satu
ini dibutuhkan orang yang benar-benar menguasai dalam bidang ilmu agama dan
kehidupan. Karena pemimpin yang satu ini akan melihat dan menyelesaikan
sekaligus terlibat dalam banyak hal yang berkenaan dengan kehidupan masyarakat
yang komplek. Sehingga ilmu kehidupan bermasyarakat harus dikuasai.
Masing-masing punya kelebihan dan kekurangan.
Ketika kelebihan tersebut diletakkan pada posisi yang sebenarnya dan menyadari
kekurangannya, secara teori akan tercipta kehidupan yang didambakan. Seseorang
yang punya kelebihan menjadi pemimpin belum tentu bisa dipimpin dengan baik,
dan sebaliknya. Atau ilmu tentang kepemimpinan tentunya tidak sesuai jika
diterapkan untuk seorang yang dipimpin. Dan ilmu untuk seorang yang dipimpin
juga tidak pas untuk seorang pemimpin.
Dari situ bisa kita fahami bahwa ilmu adalah
modal utama untuk mencapai kebahagiaan dan kebenaran. Dalam sebagian ayat
disampaikan bahwa derajat seseorang yang diangkat oleh Allah adalah orang yang
beriman dan berilmu.
يرفع الله الذين امنوا منكم والذين اوتوا العلم درجات
Maka Allah akan mengangkat derajatnya
orang-orang yang beriman dari kamu semua dan orang-orang yang diberi ilmu
Tanpa ilmu, orang tidak akan bisa
memposisikan dirinya, bagaimana derajatnya mau diangkat kalau untuk
memposisikan saja tidak bisa. Dan tanpa iman, ilmu yang dipelajari orang
tersebut bukanlah ilmu Allah. Maksudnya
dasar ilmu yang dipelajari bukan dari al quran dan hadits, sehingga sangat
mungkin akan terjadi menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal.
Bagaiman allah akan mengangkat derajat orang tersebut kalau ilmunya tidak benar
dan tidak sesuai dengan yang dikehendaki.
Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi
Dari uraian di atas, bahwa ilmu adalah
kebutuhan dalam kehidupan untuk mengetahui kebenaran, maka hukumnya wajib bagi
setiap orang untuk selalu menuntut ilmu. Kewajiban ini tentunya disesuaikan
dengan kebutuhan untuk diprioritaskan.
Jika sebuah ilmu dibutuhkan setiap indifidu
maka hukum menuntut ilmu tersebut adalah fardlu 'ain, seperti ilmu yang
mengatur dalam urusan ibadah. Atau ilmu yang mengatur tentang suami atau istri
juga harus dipelajari oleh suami atau istri
Dan jika kebutuhan ilmu tersebut bersifat
kolektif maka hukumnya fardlu kifayah, seperti ilmu kedokteran, pertanian,
teknologi dll.
Apapun bentuk ilmu, ajaran islam tidak pernah
membeda-bedakan. Yang ada adalah prioritas karena adanya tuntutan. Mengingat
hubungan kehidupan ini yang selalu bersinggungan dengan masyarakat yang
beragam, maka ada tuntutan untuk memahami berbagai kebudayaan dan kemajuan yang
terus berkembang.
Dikotomi ilmu adalah hal yang tidak benar.
Apapun ilmu pengetahuan yang ada dalam kehidupan ini dan apapun perkembangan
yang terjadi bukannya dijauhi, namun dipelajari untuk disikapi. Tuntutan benar
dalam sikap dan kehidupan kita serta tuntutan untuk memperjuangkan agama
membuat kita harus selalu belajar dan terus mensikapi perkembangan kehidupan.
Islam tidak pernah membatasi perkembangan
ilmu pengetahuan atau ilmu teknologi. Apapun dan bagaimanapun bentuk
perkembangan itu. Namun dalam pemanfaatan atau pelaksanaan ilmu tersebut islam
menilai dan menseleksi sesuai dengan ketentuan hukum. Perkembangan teknologi
internet misalnya, islam tidak pernah mengingkari kemajuan teknologi tersebut, namun
menyayangkan dalam pemanfaatannya yang cenderung banyak kearah kemungkaran. Itu
semua karena tidak didasari dengan keimanan dan ketaqwaan yang kuat.
Dengan didasari iman yang kuat dan islam yang
benar, ilmu apapun akan mempunyai nilai ibadah.
الاسلام يعلو ولا يعلى عليه
Islam itu unggul (menang) tidak diungguli
(dikalahkan)
itu adalah motifasi dan tuntutan untuk ummat
islam bahwa islam harus menang segalanya dalam kehidupan termasuk ilmu
pengetahuan dan teknologi. Bagaimana dengan keadaan sekarang? Sudahkah itu
terealisasi saat sekarang. Dulu mungkin islam pernah jaya, tapi apalah artinya
membanggakan masa lalu tanpa ada usaha untuk mempertahankan dan merebut
kembali.
Kedudukan Dan Martabat Manusia
Gambaran al qur'an tentang manusia sebagai
makhluk pilihan tentunya dengan berbagai kelebihan yang dimiliki. Bilamana
manusia selalu menjaga kelebihan tersebut maka sudah pasti akan menjadi makhluk
yang paling mulia diantara makhluk yang lain.
Diantara beberapa kelebihan yang dimiliki
manusia adalah:
·
Anugrah
akal dan ilmu yang Allah berikan mengangkat drajat manusia. Sehingga karena
ilmunya Allah manyuruh malaikat untuk sujud, menghormat kepadanya (nabi adam)
(QS al Baqarah;31-34)
·
Manusia
diangkat oleh Allah menjadi kholifah di bumi (QS al Baqarah;30 dan QS Huud;61).
·
Segala
sesuatu ciptaan Allah dimuka bumi ini adalah untuk kepentingan manusia (QS al
Baqarah;29).
·
Manusia
memiliki bentuk fisik yang lebih baik, meskipun ini bukan termasuk hal yang
fundamental (QS at Tin;4)
·
Dalam
hidupnya manusia harus selalu usaha melawan hawa nafsunya yang cenderung
mendorong berbuat kejahatan. Hal ini yang membedakan manusia dengan binatang
yang selalu mengikuti nafsunya karena tidak berakal, dan membedakan dengan
malaikat yang selalu berbuat baik karena tidak memiliki hawa nafsu.
Martabat manusia tidaklah dilihat dari
ketinggian pangkat dan jabatannya, kekayaan, ketampanan dan kecantikannya
maupun keturunannya. Itu semua bukanlah ukuran kemulyaan manusia. Manusia yang
paling mulia disisi Allah adalah yang paling bertaqwa.
ان أكرمكم عند الله أتقاكم
Sesungguhnya yang paling mulia diantara
kalian menurut penilaian Allah adalah kalian yang paling taqwa (QS al Hujurat;
13)
Taqwa ketika tidak didasari dengan ilmu maka
akan terjadi proses yang salah, dan tidak lagi dinamakan taqwa. Sehingga dalam
bertaqwa ilmu juga berperan pokok.
قل هل يستوى الذين يعلمون والذين لا يعلمون
Katakanlah apakah sama antara orang-orang
yang punya ilmu dengan orang-orang yang tidak berilmu.
Dalam salah satu sabda nabi saw. disebutkan
bahwa sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk tubuh dan penampilan
jasmaniyah seseorang, melainkan sesungguhnya Allah melihat pada hati dan
perbuatannya.
Sisi Lain Manusia
Meskipun manusia merupakan makhluk yang
mulia, sebagai kholifah allah di bumi dan terlahir dalam keadaan fitrah, bukan
berarti tidak berpotensi untuk berbuat kerusakan. Manusia mempunyai dua potensi
yang saling berlawanan, kebaikan dan kejahatan, tinggal bagaimana manusia
menjalani kehidupan.
Disitulah sisi lain manusia. Dengan bekal
yang diberikan oleh Allah berupa dua sifat kecenderungan, cenderung berbuat
baik dan cenderung berbuat jahat (nafsu) manusia akan menentukan kedudukan dan
martabatnya. Akankah tetap menjadi makhluk terbaik dan termulia dengan selalu
menjalankan taqwa terhadap Allah, atau menjadi manusia yang terperosok jatuh ke
drajat yang rendah, lebih rendah dari binatang karena selalu mengikuti dorongan
nafsu jahat.
Didalam al quran menyebutkan beberapa
kelemahan manusia, seperti watak tergesa-gesa (QS al isra';11), tidak berterima
kasih (QS al isra'; 67), kikir (QS al isra'; 100), berkeluh kesah (QS al
ma'arij; 19), paling banyak membantah (QS al kahfi; 54), melampaui batas (QS al
alaq; 6-7), amat zalim dan bodoh (QS al ahzab; 72). Bahkan terjadinya kerusakan
di muka bumi dan lautan ini banyak disebabkan oleh olah manusia (QS ar rum;41).
Kelemahan yang dimiliki manusia ditambah
muatan misi dan kepentingan pribadi sering membuat penyelesaian yang tidak
sesuai dengan kebenaran. Dengan demikian, meskipun manusia dibekali akal untuk
berfikir, bukan berarti bebas mengekspresikan ide dan keingannya tanpa ada
pedoman dan batasan-batasan. Ajaran Allah adalah batasan yang menjaga jangan
sampai manusia lebih jauh mengikuti hawa nafsunya. Belajar adalah satu-satunya
untuk mengetahui kebenaran.
Kesimpulan
Manusia adalah makhluk paling sempurna.
Kesempurnaan manusia mengangkat drajatnya menjadi makhluk yang dipercaya untuk
menjaga dan mengatur kehidupan ini menjadi kehidupan yang sejahtera. Apapun
yang diciptakan dibumi ini adalah sebuah sarana yang diciptakan untuk manusia.
Namun bukan berarti manusia berhak untuk menggunakan sarana tersebut sekehandak
hati, melainkan memanfaatkan dan menggunakan untuk tercapainya tujuan utama
yaitu kehidupan sejahtera. Semua manusia punya hak atas kehidupan ini namun juga
punya kewajiban untuk menjaga haknya pihak yang lain.
Kalau sekedar mengambil haknya barangkali
bukanlah sesuatu yang merepotkan. Namun kewajiban dan tanggungjawab mengatur
dan menciptakan kehidupan sejahtera tentunya perlu dan butuh ilmu serta
pengetahuan yang harus dipelajari. Karena itu ilmu dan belajar adalah bekal dan
kebutuhan utama dalam kehidupan ini.
Hakekat Kebenaran
Dalam Upaya Pendekatan Diri Kepada Sang
Kholiq
Nilai kebaikan atau hakekat kebenaran adalah
sebuah polemek dalam kehidupan yang muncul setiap saat. Karena baik atau benar
adalah relatif. Sehingga ketika dihadapkan dalam kehidupan masyarakat yang
komplek akan terjadi penilaian yang bertentangan dalam satu masalah yang sama.
Pendekatan filosofis
Problem yang terkandung dalam kalimat tersebut
menduduki peringkat pertama dalam sejarah perjalanan filsafat. Para filosof memulai cara berfikirnya dengan mencoba
menafsirkan karakter dari kalimat ini dan mencari standar pengertian darinya.
Perdebatan mengenai tabiat kebenaran dan
standarnya terus berlangsung sampai memasuki abad modern. Bahkan kajiannya
semakin rancu ketika kajian kajian itu sampai di meja para filosof modern.
Perdebatan ini mulai memanas sejak abad ketujuh belas dan delapan belas, yaitu
antara kelompok rasionalis dan kelompok empiris. Perdebatan ini kemudian
berhasil didinginkan oleh Kant dengan metode kritisnya yang menyatakan bahwa
sumber hakekat hanya dapat dicapai dengan cara menyatukan rasionalisme dan
empirisme.
Ketika memasuki abad kesembilan belas dan
abad dua puluh problematika ini tetap menduduki peringkat pertama. Terdapat
perbedaan antara pengikut paham formalisme atau logisisme dengan pengikut paham
positivisme, khususnya aliran pragmatisme.
Dalam mengilustrasikan arti kata benar serta
tabiatnya, terdapat perbedaan yang signifikan antara para matematikawan dan
ahli logika dengan para pengikut pragmatisme.
Kelompok pertama berkeyakinan bahwa disana
ada unsur mandiri yang tidak dapat dikenali dengan cara eksperimen. Ia
merupakan kebenaran utuh yang tidak terikat oleh waktu dan tempat. Ia sebagai
sifat paling inti dari setiap wujud dan independen dari kenerja akal.
Sebagai gambaran, jika kita mengatakan bahwa
merupakan hal yang tidak mungkin untuk mengetahui jumlah bunga yang mekar pada
musim semi yang telah lalu pada pohon dan tempat tertentu, hal ini tidak cukup
sebagai bukti untuk beranggapan tidak akan ada bunga yang mekar pada musim
berikutnya, hanya karena tidak ada manusia yang tahu jumlahnya. Gambaran ini
sama seperti wujud universal atau kebenaran mutlak, ia pasti ada kendatipun
akal manusia tidak ada yang mampu mengenalinya.
Pendapat tersebut ditentang oleh kaum
pragmatis dan yang lainnya dari pengikut aliran positivisme. Kelompok ini
berpandangan bahwa tidak ada yang namanya kebenaran mutlak yang tidak terikat waktu
dan tempat. Pendapatnya mirip dengan pandangan Sophistisme kuno.
Disinilah perbedaan yang paling esensi antara
kaum formalisme dan positivisme, dimana kaum formalis meyakini adanya hakekat
dzat yang universal, tidak terikat oleh waktu dan tempat. Karena ia adalah
sifat paling inti, obyektif dan mandiri yang tidak dapat dikenali oleh kenerja
akal.
Namun demikian, sebagian filosof ada juga
yang berpandangan moderat atas kedua aliran ini. Bagi mereka, nilai kebenaran
adalah inti dari setiap benda. Mereka menyatukan antara hakekat dan
nilai-nilai.
Standar-standar Kebenaran
Terdapat banyak perbedaan dikalangan para peneliti tentang
standar untuk mengenali mana yang benar dan mana yang salah. Diantaranya
adalah:
Standar Al Wudhuh atau Obviousness
Standar Utility atau Manfaat
Standar Verivication
Standar Al Wudhuh atau Obviousness (Jelas). Bagi
pengikut aliran ini, standar kebenaran adalah terdapatnya kejelasan yang
menghilangkan semua keraguan, seperti yang tampak pada prinsip-prinsip dasar
matematika. Seperti misalnya, garis lurus adalah jarak paling dekat yang
menghubungkan dua titik. Atau, benda yang utuh itu lebih besar dari
sebagiannya.
Standar Utility atau Manfaat. Para
pengikut aliran pragmatisme berpendapat bahwa hukum akan dianggap benar jika
telah terbukti memberikan manfaat, baik secara intelektual maupun faktual.
Ketika kita hendak menguji nilai suatu hukum, maka kita harus bertanya pada
diri kita masing-masing apakah pendekatan akal atau pendekatan pragmatis yang
mengantarkan hukum yang kita dapatkan. Artinya bahwa standar kebenaran adalah
manfaat atau perbuatan yang dapat menghasilkan manfaat, bukan hanya diukur
murni melalui akal.
Standar Verivication (verifikasi). Positivisme logis
mengambil tahap verifikasi sebagai tahapan untuk memilih pernyataan yang ada,
guna untuk mengetahui makna apa yang mungkin dikandung oleh pernyataan
tersebut.
Menurut ayer, tidak merupakan satu keharusan bagi teori
verifikasi untuk dapat diterapkan pada tahap aplikasi. Selama ia dapat dicapai
pada tahap teoritis, maka hal itu dapat dianggap cukup.
Berbagai macam teori standar kebenaran tentu terdapat
kekurangan-kekurangan didalamnya. Namun demikian kekurangan yang ada tidak
sampai meruntuhkan teori-teori tersebut. Karena disamping kekurangan yang
dimiliki juga terdapat kelebihan teori yang dapat dimanfaatkan.
Pada saat tertentu subyektifitas sebuah
kebenaran tidak bisa dihindari. Sehingga benar adalah relatif. Seperti contoh,
Dalam menyelesaikan kontrak pembangunan tentunya seorang pelaksana harus
mengikuti apa kata pemborong. Benar salahnya bangunan adalah sepenuhnya sesuai
pendapat dan kehendak pemborong. Pelaksana yang baik adalah pelaksana yang
mengikuti apa kata pemborong. Jika yang dibuat pelaksana tidak sesuai dengan
kehendak pemborong maka dianggap salah dan digempur untuk diganti. Meskipun
secara penilaian umum konstruksi bangunan sudah dianggap baik.
Pendekatan Relegi
Allah adalah Dzat yang baik dan menyukai kebaikan. Allah
tidak akan berbuat dhalim karena dhalim adalah tidak baik. Apapun yang Allah
ciptakan dalam kehidupan ini tidak ada yang sia-sia karena sia-sia adalah
sesuatu yang tidak baik.
Kedhaliman dan ketidak adilan dalam kehidupan, kerusakan
dan kehancuran yang terjadi, pernikahan yang merupakan salah satu proses untuk
mencapai kehidupan bahagia, damai, sejahtera justru terkadang menjadi pemicu
kehancuran dan berantakan dalam keluarga bahkan dalam persaudaraan. Sholat yang
dijanjikan dapat mencegah perkara keji dan munkar namun ternyata kekejian dan
kemungkaran tidak sedikit yang dijalankan oleh orang-orang yang aktif
menjalankan sholat.
Kenapa semua itu terjadi? Dimana kebaikan yang dijanjikan
didalam ketentuan hukum Allah yang maha baik? Tentunya hukum tersebut juga
mendatangkan kebaikan. Apakah ada kesalahan dalam pembuatan atau penentuan
hukum ataukah salah dalam pelaksanaan hukum.
Allah tidak mungkin salah, karena Allah Maha Tahu dan Maha
Bijaksana. Bisa jadi kesalahan ada pada pelaksanaan hukum. Dengan demikian,
disamping kebaikan yang harus diperhatikan, kebenaran juga harus
diperjuangkan.
Baik Dan Benar
Penilaian baik buruk atau benar salah suatu maslah dalam
upaya mendekatkan diri kepada Allah tentunya disesuaikan dengan penilaian Allah
yang tercermin dalam ajaran agamaNya. Bukan penilaian filosof atau penilaian
seseorang atas dasar kesenangannya.
Baik atau buruk adalah nilai dari sesuatu sebelum terikat
dengan sesuatu yang lain atau keadaan apapun.
Benar atau salah adalah hubungan antara sesuatu dengan
sesuatu yang lain atau penerapan/pelaksanaan sesuatu yang sesuai/tidak sesuai
dengan ketentuan dalam bentuk nyata (realita).
Sehingga terkadang kebaikan bisa menimbulkan kerusakan
karena kesalahan yang terjadi dalam pelaksanaan atau penerapannya.
Puasa sunnah misalnya, adalah suatu kebaikan karena
merupakan anjuran dari Dzat yang menciptakan kebaikan. Namun jika puasa sunnah
dijalankan oleh seorang istri yang dilarang suami akan menjadi tidak benar,
karena itu adalah larangan Allah. Apa yang dilarang oleh Allah adalah tidak
benar. Sehingga yang terjadi adalah kerusakan yang akan didapatkan bukan kebaikan.
Minimal kerusakan dalam kehidupan selanjutnya (karena berdosa), atau bisa juga
memicu kehancuran kehidupan rumah tangga karena istri tidak nurut suami.
Baik buruk atau benar salah dalam penilaian agama mempunyai
dua demensi, pandangan fiqh dan pandangan tashawwuf. Untuk mencapai kedekatan
dengan Allah dua demensi tersebut harus dipenuhi, berbuat baik dan benar
menurut pandangan fiqh dan pandangan tashawwuf.
Pandangan Fiqh
Batasan-batasan hukum agama yang berhubungan dengan prilaku
atau perbuatan orang mukallaf diatur oleh fiqh. Jadi baik buruknya perbuatan
benar salahnya dalam pelaksanaan adalah fiqh yang menilai sebagai standar baik
buruk, benar salah dimata Allah.
Perbuatan yang diwajibkan adalah perbuatan
yang disuruh dan ditekankan oleh Allah untuk dilaksanakan. Sholat lima waktu (sholat
maktubah)hukumnya wajib, berarti sholat maktubah adalah kebaikan yang harus
dijalankkan. Meninggalkan sholat maktubah adalah keburukan yang harus
dihindari.
Dalam pelaksanaan sholat harus benar sesuai
dengan syarat rukun yang telah ditentukan dalam fiqh. Meskipun sudah
melaksanakan sholat (perbuatan baik) jika tidak sesuai syarat rukun atau salah,
maka dianggap tidak sah dan masih ada tuntutan untuk mengulangi.
Bagaimana sholat bisa mencegah perkara keji
atau mungkar jika keabsahannya belum diakui. Obat resep dokter sepesialis
manapun jika salah dalam mengkonsumsi, kebanyakan atau kurang dosisnya
misalnya, juga masih dipertanyakan kasiatnya, meskipun secara nilai sangat baik
untuk dikonsumsi.
Perbuatan yang disunnahkan adalah perbuatan
yang disuruh dan dianjurkan oleh Allah untuk dilaksanakan. Bersedekah (selain
zakat) adalah sunnah, berarti Allah menganjurkan agar dilaksanakan. Dengan
demikian sedekah adalah kebaikan karena tidak mungkin Allah menganjurkan
kejahatan, namun jika pelaksanaan sedekah tidak benar maka akan bisa
menimbulkan kerusakan, seperti jika kita bersedekah kepada orang yang kehabisan
ongkos perjalanan menuju kemaksiatan. Hal tersebut sama halnya dengan mendukung
orang yang bertujuan menjalankan maksiat.
Perbuatan yang haram dan makruh adalah
sesuatu yang buruk. Karena Allah melarang perbuatan tersebut dikerjakan. Allah
adalah Dzat yang menghendaki kebaikan, jadi tidak mungkin Allah membiarkan
keburukan terjadi apalagi sampai menyuruhnya.
Perbuatan yang mubah adalah perbuatan yang
Allah memberi kebebasan untuk memilih menjalankan atau meninggalkan. Berarti
perbuatan mubah itu bisa menarik munculnya kebaikan dan bisa menarik munculnya
kejahatan. Sehingga perbuatan yang hukumnya mubah jika dikerjakan untuk
kepentingan yang akan mendatangkan kebaikan, maka termasuk kebaikan. Namun
apabila untuk kepentingan yang akan mendatangkan kejahatan, maka dianggap
kejahatan.
Makan misalnya. Hukum makan akan bisa menjadi
wajib, sunnah atau makruh bahkan haram karena melihat tujuan atau dorongan dan
akibat yang akan terjadi.
Dengan demikian, baik dilihat dari kaca mata
fiqh adalah perbuatan wajib, sunnah dan mubah yang mendatangkan kebaikan. Dan
buruk adalah perbuatan haram, makruh dan mubah yang mendatangkan kejahatan.
Untuk mempertahankan kebaikan tetap menjadi baik maka harus diwujudkan dengan
perbuatan yang benar sesuai dengan syarat dan rukunnya. Jual beli adalah
perbuatan yang baik, korupsi adalah perbuatan yang jahat, namun jika jual beli
tidak diikuti syarat rukunnya (tidak benar), seperti terdapat kecurangan atau
penipuan, barangkali tidak jauh berbeda dengan hukum korupsi.
"Wama taqorroba ilayya abdi bisyai'in
ahabbu ilayya minma iftarodlothu alaihi, wala yazalu abdi yataqorrobu ilayya
binnawafili hatta uhibbuhu, faidza ahbabtuhu kuntu sam'ahu alladzi yasma'u
bihi...." Hadits riwayat Bukhori
Pandangan Tashawwuf
Dzikrullah atau ingat Allah adalah tujuan
esensi dalam tashawwuf. Pada puncaknya adalah ma'rifat kepada Allah dan
termasuk orang yang didekatkan kepadaNya (al muqorrobun).
Seperti fiqh yang mengatur dan mensikapi
hukum prilaku yang nyata, tashawwuf adalah yang mengatur dan mensikapi prilaku
hati dan sifat-sifatnya yang terpuji maupun yang tercela.
Untuk bisa selalu ingat pada Allah
(dzikrullah) dalam segala situasi dibutuhkan hati yang bersih dari kepentingan
murni duniawi dan bersih dari sifat tercela. Karena awal dari penyakit hati
adalah muatan kepentingan yang bersifat duniawi.
Diantara beberapa penyakit hati yang dianggap
membahayakan adalah takabbur (sombong), riya' (pamer) dan hasud (iri dan
dengki).
Timbulnya penyakit sombong itu berawal dari
keinginan hati untuk menjadi orang yang lebih dihargai, lebih dihormati dan
diberi kedudukan yang lebih tinggi. Padahal semua itu hanyalah tipuan dalam
kehidupan yang fana. Karena Allah melihat baiknya seseorang bukan semata-mata
karena kedudukannya, namun karena taqwanya.
Bagaimana bisa orang takabbur mencapai
kedekatan kepada Allah, sementara kebesaran Allah diklaim sebagai kehebatan
dirinya. Dia tidak sadar bahwa kemampuan yang ia miliki hanyalah sekelumit
titipan sifat kesempurnaan Allah yang dianugrahkan kepadanya.
Sifat riya', 'ujub atau pamer muncul karena
rasa ingin disanjung dan dianggap orang lain sebagai orang yang baik. Padahal
tujuan hidup yang sebenarnya bukanlah ingin mendapat pujian dan sanjungan
orang. Itu semua adalah pernak-pernik kehidupan dunia.
Adanya riya' dalam beribadah berarti adanya
kesalahan dari pondasi dasar utamanya ibadah. Karena ibadah yang seharusnya
semata-mata hanya karena Allah beralih tujuan demi sanjungan dan keberhasilan
materi dunia. Bagaimana dapat dekat dengan Allah kalau sesuatu yang seharusnya
dipersembahkan untuk Allah justru dipalingkan.
Hasud (iri dengki) adalah sifat yang
menunjukkan adanya perlawanan atau menentang kehendak Allah. Karena seorang
yang hasud berarti ia tidak rela dengan kehendak Allah memberi ni'mat kepada
sebagian hamba yang Allah pilih.
Untuk bisa mencapai kedekatan kepada Allah,
tentunya harus rela, ikhlas dan ridlo dengan apapun kehendak Allah. Selama
masih ada kesenjangan, belum bisa menerima apa adanya kehidupan yang
dikehendaki Allah ini berarti masih ada jarak pemisah untuk mencapai dekat
dengan Allah.
Ringkasnya, baik buruk, benar salah dalam
tashawwuf adalah sejauh mana hati bisa selalu ingat kepada Allah, menerima dan
mengembalikan segala sesuatu kepadaNya.
Sholat yang notabene sudah sesuai syarat
rukun dalam fiqh namun belum bisa mencapai janji Allah yaitu mencegah perkara
keji dan munkar itu karena belum baik dan benar dalam penilaian tashawwuf,
yaitu sejauh mana hati bisa ingat kepada Allah selama menjalankan sholat
(khusuk).
Kesimpulan
Untuk mencapai kedekatan dengan Allah harus
berimbang antara fiqh dan tashawwuf. Baik dan benar menurut fiqh namun tidak
baik dan tidak benar menurut tashawwuf tidak akan bisa sampai dalam hakikat
kehidupan. Baik dan benar menurut tashawwuf namun tidak baik dan tidak benar
menurut fiqh berarti sama halnya dengan hanya mengingat Allah tanpa berbuat
apa-apa. Karena perbuatan yang tidak baik dan tidak benar menurut fiqh (tidak
menetapi syarat rukun) itu tidak ada nilainya. Bahkan dalam keadaan ma'shiat
(durhaka) sambil mengingat Allah itu bukan berarti mempunyai nilai kebenaran
atau kebaikan justru itu adalah penghinaan atau menentang.
Dalam hadits disampaikan, tidurnya orang alim
itu lebih baik dari ibadahnya orang bodoh. Kata alim yang lazim adalah dipakai
untuk orang yang tahu hukum fiqh. Hadits ini menunjukkan pentingnya hukum fiqh.
Mengingat ketentuan benar salah atau sah dan tidaknya ibadah adalah diatur fiqh.
Allah adalah dzat yang Maha Sempurna, tidak
terikat tempat dan waktu, tidak pernah salah maupun lupa. Allah adalah dzat
yang dekat dengan semua hambanya. Disampaikan dalam Al Quran
واذا سألك عبادى عنى فانى قريب ( البقرة
اية 186 )
Dan ketika
hambaKu menanyakan kepadamu tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat (QS Al
Baqoroh 186)
Dalam surat
lain
ونحن اقرب اليه من حبل الوريد
Dan kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya (QS Qaaf
16)
Semakin dekatnya Allah kepada orang yang
semakin rajin beribadah dengan menjalankan kebaikan dan kebenaran bukan berarti
pada mulanya Allah jauh dari hambanya kemudian menjadi dekat. Namun punya arti
semakin bersih, terang dan terbukanya hati seseorang yang semakin rajin
beribadah.
Bertaubat, menyadari dan menyesali kesalahan
adalah modal utama yang tidak boleh diabaikan bagi hamba yang berusaha
mendekatkan diri kepada Allah. Karena pada dasarnya semua hamba pasti pernah
bersalah.
HAM
(Hak Asasi Manusia
Dalam Persepektif Hukum Islam)
Hak
Asasi Manusia dalam Islam adalah hak kebebasan yang diberikan tuhan kepada
setiap manusia untuk mengembangkan potensi dirinya tanpa ada tekanan dari
siapapun dan tidak membedakan setatus.
Setiap
manusia mempunyai hak kebebasan atas potensi dirinya. Kebebasan dalam
menjalankan ajaran agama, kebebasan dalam menjalankan kewajiban tanpa ada
tekanan orang lain. Bukan kebebasan atas kemauan sesuai dengan keinginan hati.
Disinalah perbedaan HAM konvensional dan HAM menurut Islam.
Menurut
pemikiran konvensional, segala sesuatu berpusat kepada manusia. Sedangkan
menurut Islam segala sesuatu berpusat pada Tuhan. Sehingga HAM dalam Islam
adalah kebebasan dalam menjalankan ajaran tuhan, dan kebebasan tersebut tidak
boleh merugikan dan menggaggu hak kebebasan orang lain. Dengan demikian untuk
mendapatkan hak kebebasan, manusia juga harus menjaga hak kebebasan orang lain
(kewajiban). Dua ketentuan ini, hak dan kewajiban, harus selalu diperhitungkan
dalam setiap aktifitas.
Hak
Asasi tersebut erat kaitannya dengan Maqasid Syar’i. Bahkan HAM sering
diartikan sebagai maqasid syar’i.
Maqasid
Syar’i
Ialah
pokok tujuan yang ingin dicapai dalam setiap ajaran islam demi terciptanya
kehidupan sejahtera. Artinya, segala bentuk aturan dan ajaran islam meliputi
perintah dan larangan bertujuan untuk tercapainya maqasid tersebut, dan ketika
maqasid tersebut tercapai maka terciptalah kehidupan sejahtera.
1. Hifdhu Din (Menjaga
Agama)
2. Hifdhu Nafsi (Menjaga
Nyawa)
3. Hifdhu Aqli (Menjaga
Akal)
4. Hifdhu Mal (Menjaga
Harta)
5. Hifdhu Nasli (Menjaga
Keturunan) atau Hifdhu ‘Ardli (Menjaga Harga Diri)
Ulama’
berbeda pendapat pada bagian yang kelima ini.
Hifdhu
Din
Setiap
manusia punya hak kebebasan menjaga dan menjalankan agama dan kepercayaan
masing-masing dengan tidak mengganggu dan merugikan hak kebebasan yang dimiliki
orang lain. Dalam menjaga dan menjalankan agama, semua orang mempunyai
kesempatan dan setatus yang sama tanpa membedakan antara pejabat dan bawahan,
kiyai dan santri maupun bangsawan dan rakyat jelata.
HAM
dalam kaitannya dengan Hifdhu Din tidak berarti membenarkan kebebasan memeluk
dan menentukan agama. Namun mempunyai arti tidak ada paksaan untuk mengikuti
ajaran islam. Setelah Islam dikenal disemua lapisan masyarakat, islam tidak
pernah memaksakan mereka untuk memeluknya.
لااكراه في الدين قد
تبين الرشد من الغي
Tidak
ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas jalan yang
benar daripada jalan yang salah, (QS Al Baqarah 256)
Tidak
memaksa, tidak berarti membenarkan mereka yang tidak mau mengikuti. Karena
dalam ajaran Islam tidak membenarkan semua agama dan keyakinan yang tidak
sesuai dengan kandungan Al Qur’an dan Hadits.
Hifdhu
Nafsi
Setiap
nyawa seseorang mempunyai nilai yang sama. Sehingga hukuman bagi yang
menghilangkan nyawa adalah nyawa, tanpa melihat postur tubuh, setatus maupun
jabatan.
Semua
orang mempunyai hak atas dirinya. Menguasai penuh manfaat yang terkandung dalam
dirinya. Tidak ada kepemilikan atas orang lain. Perbudakan yang terjadi sebelum
islam sedikit demi sedikit dihilangkan.
HAM
yang berkaitan dengan nyawa adalah menjaga (Hifdlu Nafsi), bukan menguasai
penuh atas dirinya. Sehingga dalam islam membenarkan pembelaan diri dari setiap
sesuatu yang mengancam dirinya. Bukan berarti setiap orang punya hak penuh atas
dirinya, meskipun dengan mencelakakan diri.
Hifdhu
Aqli
Akal
adalah anugrah Tuhan yang membedakan antara menusia dengan makhluk lain.
Anugrah ini harus selalu disyukuri dan dijaga setiap masing-masing menusia dari
setiap sesuatu yang mengarah kepada kerusakan akal. Bahkan mencelakai akal
sendiri dalam ajaran Islam tidak dibenarkan. Jadi HAM yang berhubungan dengan
akal juga menjaga, bukan hak kebebasan mutlak.
Hifdhu
Mal
Pentingnya
harta dalam kehidupan sering menimbulkan permasalahan, namun juga bisa untuk
menyelesaikan permasalahan. Karena itu menjaga harta adalah salah satu Hak
Asasi setiap orang dan merupakan bagian dari Maqasid Syar’i.
Ajaran
islam adalah solusi untuk menghindari konflik. Ketentuan proses pelaksanaan
jual beli, sewa menyewa dan bentuk transaksi lain semata-mata untuk menjaga
sesama hak kepemilikan harta.
Potong
tangan bagi orang yang mencuri juga untuk menjaga hak yang dimiliki orang lain
atas hartanya.
Hifdhu
Nasli atau Hifdhu ‘Ardli
Dilarangnya
perzinaan adalah untuk menjaga kepastian hubungan anak dan orang tua. Mengingat
banyak hukum yang terkait dengan hubungan keturunan. Diantaranya didalam
pernikahan, nafkah dan hukum waris. Di dalam ibadah juga terdapat hukum yang
terkait dalam hubungan saudara, seperti batalnya wudlu.
Harga
diri juga termasuk bagian dari persamaan hak. Perbedaan setatus, jabatan maupun
keturunan tidak mempengaruhi ketentuan hukum islam. Sehingga tidak dibenarkan
dalam islam seseorang yang merendahkan harga diri orang lain tanpa ada dasar
yang pasti. Semua orang punya ketentuan hukum yang sama, posisi yang sama.
Hanya kedekatannya dengan tuhan yang bisa membedakan posisi dan kedudukan
seseorang. Dan hanya tuhan yang tahu.
Dari
setiap hak dan kewajiban yang berhubungan dengan maqasid syar’i akan dijaga
dengan ancaman hukuman bagi orang yang melanggarnya. Hukuman ini akan
disesuaikan dengan bentuk pelanggaran yang terjadi. Dan dalam menjaga setiap
hak, ajaran islam membenarkan pembelaan hingga merusak atau menghilangkan
haknya orang yang melakukan ancaman.
IPTEK Dan Ketentuan
Hukumnya
Dengan
berbekal ilmu pengetahuan Allah jadikan nabi Adam sebagai kholifah dibumi
sekaligus sebagai jawaban dari pertanyaan para malaikat (QS. Al Baqarah 31).
Dan dengan ilmu juga anak cucu adam terangkat derajatnya (QS. Al Mujadalah 11).
Dengan demikian ilmu pengetahuan dapat dijadikan sebagai standar stratifikasi
manusia (QS. Al Zumar 09).
Ilmu
pengetahuan adalah langkah awal untuk mencapai kebenaran. Sebagai kholifah
allah dibumi, tanggungjawab manusia menuntut dirinya untuk belajar tentang
prilaku kehidupan yang sesuai dengan kehendak tuhan, baik yang berhubungan
dengan tuhan maupun yang berhubungan dengan masyarakat. Sehingga belajar dan
berusaha mendapatkan ilmu pengetahuan adalah sebuah keharusan bagi setiap
manusia.
Ilmu
Pengetahuan Dan Hukumnya
Tanpa
ilmu pengetahuan orang tidak bisa membedakan yang baik dan yang buruk.
Semantara setiap orang dituntut untuk berbuat kebaikan. Dengan demikian ilmu
pengetahuan adalah sebuah kebutuhan pokok dalam kehidupan.
طلب العلم فريضة على كل
مسلم ومسلمة
Mencari
ilmu hukumnya wajib bagi setiap orang muslim laki-laki maupun perempuan
Hadits
tersebut mempunyai pengertian secara global. Namun melihat beragam macam ilmu
pengetahuan dan pengaruhnya, maka ketentuan belajar dalam mendapatkan ilmu
pengetahuan akan mempunyai hukum yang berbeda.
Perbedaan
hukum dalam belajar atau mencari ilmu pengetahuan itu sesuai dengan kadar
dibutuhkan dan pengaruh ilmu tersebut. Ilmu yang dibutuhkan setiap indifidu
lebih ditekankan daripada ilmu yang dibutuhkan secara kolektif.
Ilmu
yang dibutuhkan setiap indifidu jika berhubungan dengan kehidupan duniawi hukum
belajar ilmu tersebut adalah boleh tanpa ada tuntutan keharusan atau larangan.
Dan setiap prilaku yang hukum dasarnya boleh tanpa ada tuntutan keharusan
maupun larangan akan bersifat fleksibel, tergantung dorongannya. Bisa menjadi
wajib, sunnah, makruh bahkan bisa haram. Dalam kitab Maraqil Ubudiyah mengutip
pendapat imam Ghozali menyampaikan bahwa belajar ilmu yang mengantarkan orang
senang dengan kehidupan duniawi dan melalaikan kehidupan akhirat hukumnya
haram.
Ilmu
yang dibutuhkan setiap indifidu jika berhubungan dengan kehidupan akhirat, atau
kelangsungan agama atau ibadah wajib, maka hukum belajar dan mengetahuinya
adalah wajib dan jika berhubungan dengan tuntutan ibadah sunnah maka hukumnya bersifat
sunnah.
Jika
ilmu pengetahuan dibutuhkan secara kolektif, artinya kebutuhan yang berhubugan
dengan ilmu tersebut sudah terpenuhi cukup dengan sebagian orang yang mampu dan
menguasai, baik yang berhubungan dengan kesempurnaan agama seperti ilmu
kepemimpinan, maupun berhubungan dengan kehidupan dunia seperti ilmu
kedokteran, maka hukum belajar ilmu tersebut adalah wajib kifayah. Jika
sebagian orang sudah mampu dan menguasai, yang lain tidak ada tuntutan harus
belajar ilmu tersebut, jika belum ada yang mampu maka semua orang Islam terkena
hukum dosa.
Kedudukan
DanTanggungjawab Orang Yang Berilmu
Orang
yang berilmu mempunyai keutamaan lebih daripada yang tidak berilmu
يرفع الله الذين أمنوا
منكم والذين أوتوا العلم درجات
Maka
Allah akan mengangkat drajatnya (kedudukan) orang-orang yang beriman dan
orang-orang yang diberi pengertian.
Drajat
atau kedudukan yang diberikan Allah akan disesuaikan dengan kemampuan dan
pengertian yang dimiliki. Jika seseorang menguasai dalam bidang urusan dunia
maka Allah berikan kedudukan dalam kehidupan dunia. Dan kedudukan dikehidupan
akhirat akan diberikan kepada mereka yang menguasai pengertian tentang
ketentuan yang berhubungan dengan akhirat.
Berkenaan
dengan orang yang berilmu, imam al Ghozali mengatakan dalam kitabnya Ihya
Ulumuddin “Barang siapa berilmu, membimbing manusia dan memanfaatkan
ilmunya bagi orang lain, bagaikan matahari, selain menerangi dirinya juga
menerangi orang lain. Dia bagaikan minyak kasturi yang harum dan menyebarkan
keharumannya kepada orang yang berpapasan dengannya”
Ilmu
merupakan amanat Allah yang harus diamalkan dan disampaikan kepada orang lain.
Dengan demikian setiap orang yang mempunyai ilmu pengetahuan punya tanggugjawab
untuk menyampaikan apa yang diketahui demi untuk melestarikan ilmu dan ajaran
tuhan serta menjaga kesejahteraan kehidupan. Tanggungjawab ini bersifat wajib
kifayah, demikian keterangan dalam kitab Attibyan.
Dapat
disimpulkan bahwa setiap manusia ada tuntutan untuk belajar dan setiap apa yang
didapat dari belajar ada tanggungjawab untuk menyampaikan pada orang lain.
Demikian Allah menjaga kelestarian kehidupan yang sejahtera dan seimbang.
Teknologi
Dan Seni
Teknologi
merupakan salah satu budaya sebagai hasil penerapan praktis dari ilmu
pengetahuan. Pengaruh dan dampak teknologi ini tergantung para pemakainya.
Dengan demikian ketimpangan yang terjadi dalam kehidupan akibat dampak negatif
tegnologi semata-mata karena penyalah-gunaan. Sehingga belajar dibidang
teknologi hemat saya hukumnya wajib kifayah bagi ummat islam.
Seni
merupakan hasil ekspresi jiwa yang berkembang menjadi bagian dari budaya
manusia. Islam tidak pernah membatasi perkembangan budaya yang terjadi. Namun Islam
berusaha untuk mensikapi dan menselaraskan budaya agar sesuai dengan etika
ajaran agama. Mengingat tidak semua budaya yang merupakan hasil ekspresi jiwa
membawa dampak positif. Sementara Islam datang sebagai agama rahmatan
lil’alamin.
Kerukunan Antar Ummat
Beragama
Datangnya
islam membawa ajaran yang mengantarkan ummat manusia menuju kehidupan yang
beradab. Dibawakan oleh seorang utusan yang memberi contoh prilaku yang
bermoral. Disaat masyarakat tidak lagi punya etika hidup yang manusiawi. Saling
berebut, saling bunuh, saling munguasai. Zaman jahiliyah, demikian orang
menyebutnya.
انما بعثت لأتمم مكارم
الأخلاق
Sesungguhnya
saya diutus untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia.
Dari
pembenahan prilaku yang berhubungan dengan diri sendiri atau yang berhubungan
dengan sesama, kemudian dikenalkan hakekat kehidupan dengan mengajarkan tentang
ketuhanan dan terakhir diajarkan tentang pengabdian kepada tuhan dengan
menjalankan syariatNya. Demikian ajaran islam merubah tatanan kehidupan yang
sudah tidak mengenal norma. Islam datang dengan membawa rahmat bagi alam
semesta.
Agama
Rahmatan Lil ‘Alamin
Islam
datang sebagai rahmatan lil ‘alamin, anugrah bagi alam semesta. Dengan
ajarannya yang mengatur disegala bentuk aspek kehidupan, dari diri sendiri,
hubungannya dangan tuhan dan hubungannya dengan masyarakat, sesuai dengan
jatidiri manusia sebagai makhluq sosial.
وما أرسلناك الا رحمة
للعالمين
Saya
tidak mengutus kamu Muhammad (dengan membawa ajaran agama islam) kecuali
sebagai anugrah bagi alam semesta.
Untuk
mencapai rahmat atau anugrah yang dibawakan oleh islam kita harus mengamalkan
sepenuhnya dan meyakini ajarannya. Dan untuk bisa mengamalkan ajaran islam
dengan kesadaran sepenuh hati, kita harus tahu setatus dan kedudukan kita dalam
hubungan kita terhadap tuhan dan sesama manusia.
Hubungan
manusia dengan tuhan adalah hubungan hamba dengan sang pencipta. Sehingga
apapun kehendak tuhan adalah ketentuan hukum yang harus diikuti oleh siapapun
tanpa terkecuali. Di hadapan tuhan kita bukan siapa-siapa, tidak punya apa-apa.
Dan dihadapan tuhan segala bentuk setatus dan hubungan dalam kehidupan dunia tidak
mempunyai arti apa-apa.
وما كان لمؤمن ولا مؤمنة
اذا قضى الله ورسوله أمرا أن يكون لهم الخيرة من أمرهم, ومن يعص الله ورسوله فقد
ضل ضلالا مبينا
Dan
tidaklah patut bagi laki-laki yang mu’min dan tidak pula bagi perempuan yang
mu’min, apabila Allah dan RasulNya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada
bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barang siapa
mendurhakai Allah dan RasulNya maka sesungguhnya dia telah sesat, sesat yang
nyata (QS. Al Ahzab 36)
Jalinan
hubungan sesama muslim adalah hubungan ukhuwah islamiyah (persaudaraan
sesama muslim). Hubungan ini sangat ditekankan demi kebersamaan dan persatuan
ummat. Sehingga perbedaan yang muncul dari perbedaan penafsiran ditengah
kehidupan masyarakat tidak boleh dijadikan factor pemicu perpecahan ummat.
اختلاف امتي رحمة
Perbedaan
pendapat ummat saya (yang berkompeten dalam permasalahan) adalah rahmat.
Hubungan
antara sesama muslim digambarkan oleh beliau nabi seperti hubungan antara satu
anggota tubuh dengan angota tubuh lainnya yang bersatu secara utuh.
المؤمنون كالجسد الواحد
اذا اشتكى منه عضو تداعى له سائر جسده بالحمى والسهر
“Perumpamaan orang-orang
yang beriman bagaikan satu tubuh, apabila salah satu anggota tubuh terluka,
maka seluruh tubuh merasakan sakitnya” (HR. Muslim dan Ahmad)
Dan
ditegaskan oleh beliau nabi dalam sabdanya bahwa jalinan hubungan sesama
saudara adalah salah satu ciri orang yang beriman.
“Tidak
beriman seseorang diantara kamu sehingga ia mencintai saudaranya seperti ia
mencintai dirinya sendiri” (HR. Bukhori)
Dalam
sabda nabi, saudara sering diartikan saudara se-iman.
Jalinan
ukhuwah islamiyah atau jalinan saudara dalam ajaran islam adalah jalinan
hubungan saudara se-iman secara menyeluruh. Bukan sekedar hubungan dalam
lingkup keluarga atau negara bahkan dalam ukuran kehidupan di dunia. Sehingga
pembelaan berdasarkan hubungan agama lebih didahulukan daripada pembelaan atas
dasar negara atau keluarga. Agama lebih utama daripada keluarga atau negara.
Pembelaan
berdasarkan agama berarti kita kembali kepada tuhan sebagai hambaNya, sehingga
ikatan keluarga atau warga negara dihadapan-Nya bukanlah punya arti apa-apa.
Pada hakekatnya kita semua milik tuhan,
atas kehendak tuhan dan kembali diambil oleh tuhan.
Hubungan
keluarga punya nilai prioritas setelah mempertimbangkan hubungan keimanan.
Artinya, dalam ajaran islam hubungan keluarga didahulukan dari pada yang tidak
ada hubungan keluarga apabila keduanya mengikuti ajaran agama islam. Baru
selanjutnya hubungan kewarga negara-an yang jadi pertimbangan.
Hubungan
muslim dengan non muslim adalah hubungan sebatas manusia dengan manusia dalam
aktifitas kehidupan sosial.
Kebersamaan
Dalam Kehidupan Sosial
Islam
mengajarkan kebersamaan, keutuhan, kedamaian dan kesejahteraan, bukan
kehancuran. Meskipun islam hanya mengakui kebenaran hanya satu namun islam
tidak memaksakan kehendak.
Dalam
ajaran islam, terdapat beberapa perbedaan yang mengatur hubungan antara sesama
muslim dan hubungan antara muslim dengan non muslim. Perbedaan ini sifatnya
bukan esensi, namun karena tuntutan keadaan yang harus membedakan. Seperti
perbedaan hubungan antara sesama manusia dan hubungan antara manusia dengan
lingkungan atau dengan tuhan.
Dalam
hubungannya dengan agama lain, islam mengajarkan toleransi, memberi kebebasan
dan tidak ikut campur dalam urusan agama mereka. Dan tidak ada larangan dalam
ajaran islam menjalin hubungan dan kerja sama dengan penganut agama lain,
selama kerja sama tersebut tidak didalam kegiatan ritual keagamaan. Misalnya
menjalin hubungan ekonomi, politik, sosial dan budaya selama tidak melanggar
dasar ajaran dan aqidah agama. Sedangkan dalam kegiatan ritual keagamaan islam
melarang kerja sama dengan agama lain. Meskipun demikian sifat menghormati dan
memberi kebebasan tetap ditekankan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.